Resensi buku "K.R.T. Madukusumo, karya dan pengabdiannya"

KARYA DAN PENGABDIAN
K.R.T. MADU KUSUMO


Judul buku : K.R.T. Madu Kusumo karya dan pengabdiannya.
Pengarang : Wahyuningsih
Penerbit     : Proyek inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional.
Tahun Terbit : - cetakan pertama : 1981
                          - cetakan kedua : 1983
Tebal buku : 96 halaman
Sinopsis

Latarbelakang kesenian daerah Yogyakarta

         K.R.T. Madukusumo lahir di Yogyakarta yang terkenal sebagai kota pelajar. Sebelumnya nama  Yogyakarta adalah Ngayogyakarta Hadiningrat dan berstatus kesultanan yang dipimpin oleh seorang Sultan Ngayogyakarta Hadiningrat. Kerajaan Yogyakarta awal mula adalah kerajaan Mataram yang dibagi menjadi 2 bagian dengan adanya perjanjian Gianti. Yaitu kerajaan di sebelah barat yakni  Yogyakarta yang di pimpin pangeran Mangkubumi (sultan Hamengku Buwono I)   dan bagian timur yaitu di Surakarta yang dipimpin oleh paku Buwono III. Maka dari itu kesenian yang dipunyai oleh kedua kerajaan tersebut tidak jauh berbeda. Kembali ke Yogja, di Yogya ini ada 3 macam gamelan, yaitu gamelan Laras slendro, pelog dan gamelan munggang kangdjeng kyahi guntur laut (gamelan tertua yang berasal dari Majapahit). Lalu di sini senitati yang sangat terkenal yaitu tari serimpi dan tari Bedaya. Tari serimpi menceritakan dua orang putri yang dipetik dari cerita seri Mahabarata. Dan tari Bedaya menceritakan pertemuan antara sultan agung dengan Puteri dari laut selatan. Lalu kesenian Wayang yang sangat terkenal ada wayang wong dan langen mandra Wanara (mirip dengan Opera). Lalu adalagi di seni drama yaitu ketoprak dan dagelan. Dan satu lagi yang tidak jauh dari kesenian, yaitu sekaten. Sekaten adalah tradisi yang diselenggarakan tiap tahun oleh kraton dan pemerintahan Yogyakarta.

SIAPA K.R.T. MADUKUSUMO ITU? 

K.R.T Madukusumo lahir pada hari Rabu 27 Maret 1895 Masehi, di Yogyakarta. Nama kecilnya adalah Sastrataruno. Ayahnya merupakan abdi dalem, tergolong orang mampu di bidang ekonomi. Saudara Sastrataruno ada delapan orang, lima orang kakak wanita dan tiga orang adik laki laki. Nama K.R.T. Madukusumo di beri oleh Sultan ( Paringin Dalem). Ia menikah pada hari minggu tanggal 4 April 1914 dengan Kamsinah atau yang sekarang disebut Ibu Raden Madukusumo. Setelah tiga tahun menikah mereka mempunyai anak perempuan yang diberi nama Jamilah pada 18 Mei 1917. Dan merupakan anak satu satunya. K.R.T Madukusumo mempunyai dua cucu dari anak tunggalnya tersebut, bernama Maryati dan Sutarti. Genap 50 tahun perkawinannya pada 24 April 1964 yang dihadiri oleh cucu dan teman dekatnya, dengan membuat suatu ikatan keluarga yang di sebut TRAH PRAWIRA WANDANA. Sebenarnya K.R.T. Madukusumo sudah naik haji namun ia tidak mau jika di namanya di beri gelar HJ. Karena menurut beliau, naik haji bukanlah suatu pangkat melainkan menjalankan ibadah dalam agama islam. Beliau meninggal pada hari Rabu 23 Februari 1972

Karier Dan Pengabdian Kanjeng Madukusumo

Setelah berumahtangga pada tahun 1914 ia memulai karirnya sebagai abdi dalem yang selalu sowan di kawedanan Ageng prajurit, yaitu kantor bagian keprajuritan di kraton. Setahun kemudian tepatnya pada 26 November 1922, ia menggantikan ayahnya menjadiajar prajurit mantri jero dengan nama prawiroreso IV. Tak lama kemudian naik pangkat menjadi abdi dalem Punokawan khusus dibudang keseniannya dan menjadi lurah di bowosworo. Lalu atas inisiatifnya, pada tahun 1925 Yogyakarta didirikan kursus dalang yang diberi nama HABIRANDA (Hamirwani Biwara Rancangan Dalang). Di kursus ini juga di ajarkan suluk. Suluk adalah nyanyian atau lagu yang selalu dibawakan dalam setiap adegan kesenian dan cerita wayang, baik wayang kulit awatu wayang wong. Waktu itu Yogyakarta mempunyai radio yang bernama MAVRO ( Mataramsche vereneging Radio Omroep) yang menyiarkan kesenian Yogyakarta. Lalu di Yogyakarta sendiri pada bulan puasa pati diadakan Maos macapat yang berupa tembang san filsafat di gelar di kraton. Selanjutnya, K.R.T. Madukusumo juga menjadi dosen IKIP jurusan bahasa Jawa bagian kesenian, karena tutur bahasanya yang baik dan mudah dimengerti. K.R.T. Madukusumo ini juga sering di suruh menjadi seorang penceramah disuatu acara.


Kekurangan buku  :
- kalimatnya agak susah dipahami dan masih ada kata yang tidak diartikan.
- sampulnya tidak begitu menarik.
- tidak ada gambar didalam cerita, jadi pembaca mudah bosan.
Kelebihan buku :
- kertasnya bagus, sehingga jika pembaca membaca buku ini akan tahan lama dan tidak membuat mata cepat sakit atau ngantuk.
- menambah wawasan kosakata dan wawasan tentang Yogyakarta. 


Back link :
Https://uny.ac.id
Https://library.uny.ac.id
Https://jurnal.uny.ac.id

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Modalverben

Tembang kinanti oleh Prawira Wandana untuk K.R.T. Madukusumo